Aku Irma, seorang mahasiswa semester 5.
Kuliah ku dilakukan secara online, karena ada pandemi. Aku ke kampus karena ada keperluan suatu hal yang menjadikan aku harus datang.
Aku ke kampus ini tidak sendirian, ada teman satu jurusan ku bernama Dinda yang asal kotanya sama. Dia Mahasiswi juga
Kota asal ku mungkin banyak orang yang tau namanya, tapi tempatnya sering terlupakan. Sedih sih tapi.. udah lah.
Lanjutnya setelah selesai urusanku di kampus aku dan temanku mau pulang ke kampung lagi, karena di kost juga capek dan cuman bikin boros pengeluaran.
Tapi setelah ada niatan pulang ternyata pemerintah mengumumkan kalau ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, karena ada kasus pandemi yang meningkat.
Dengan terpaksa aku tinggal dulu di kost, karena alat transportasi yang biasa aku pakai saat pulang pergi ditutup.
Aku di kost serasa dipenjara, karena cuman ada aku dan satu temanku. Sebelum adanya pandemi ini banyak teman yang satu kampus tinggal bersama di kost. Tidak tau lagi kapan hal itu akan terulang.
Kebersamaan di kost bikin aku rindu saat keseruan kebersamaan nya, mulai dari bercanda bareng, ngisi jadwal semester bareng, berangkat ke kampus bareng. Tapi itu dulu, aku hanya bisa berharap hal itu akan terulang secepatnya.
Setelah hampir 1 bulan di kost Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di umumkan, ini yang aku tunggu keputusannya apakah akan dilanjut atau tidak.
Sebelum keputusan itu di umumkan saat malam hari, aku dan temanku laki-laki 1 jurusan bernama Fadli mau main bareng.
Karena aku saat berangkat menggunakan alat transportasi kereta, jadi aku tidak ada kendaraan untuk pergi jauh dari kost. Selain itu seandainya aku pergi dari kost sama Fadli, temanku Dinda sendirian di kost.
Jadi aku memutuskan untuk main bareng aja di angkringan dekat kost sama Dinda dan juga Fadli. Supaya kita tidak ber 3 saja aku mengajak temanku satu jurusan bernama Bagas, biar obrolan kita bertambah seru.
Memang kita melanggar aturan pemerintah untuk dirumah saja. Karena saat itu kita nongkrong di angkringan pada malam hari sebelum keesokan harinya aku mau pulang.
Yahh karena kita ber empat teman kuliah satu jurusan juga, kami banyak mengobrol tentang kuliah gitu.
Tapi ada yang bikin aku ngga nyaman nih, saat dipertengahan obrolan kita ber empat. ada dua orang mas-mas gitu yang makan juga diangkirngan lihat ke arah ku terus.
Mungkin cuman sekilas jadi aku biarin aja dulu, tapi udah semakin lama dia melihat ku terus. Karena itu semakin aku jadi tambah ngga nyaman akhirnya aku ngajak Dinda, Fadli dan Bagas pulang.
Obrolan kita juga sudah lama. Aku dan Dinda pulang ke kost, Fadli dan Bagas pulang kerumahnya.
Sesampainya di kost aku rebahan sambil main hp dan mencari berita Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang hasil keputusannya ternyata dilanjut.
Sedangkan aku di kost ini sudah tidak nyaman dan sudah mengelurkan uang banyak. Aku mau besok gimana caranya bisa pulang kerumah secepat mungkin.
Karena saat diangkringan tadi aku bicara soal besok mau pulang kampung, temanku yang bernama fadli mau menwarkan untuk membantu mencari tiket pulang saat malah hari itu di chat dan juga mengantarkan untuk mencari tiket pulang.
Sebenarnya Fadli ini tidak banyak tau soal alat tarnsportasi yang digunakan untuk bisa digunakan langsung pulang.
Fadli juga bingung harus mengantarnya kemana, jadi dia mencarinya di google dan mengusahakan untuk aku bisa pulag.
Karena sudah keesokan harinya dan aku juga sudah bertanya di chat "mau cari kemana?", Fadli hanya tau alamatnya yang ada di carinya di google semalem.
Karena Fadli masih menunggu kabarnya dari aku dan saat itu WAnya ngga aktif juga yang katanya ada keperluan saat pagi itu.
Akhirnya aku minta tolong ke temenku yang lain yang lebih tau untuk mengantarkan ku ke terminal yang bisa langsung berangkat, karena aku pingen pulang segera.
Sesampainya di terminal aku masih menunggu bis untuk keberangkatan ke kota tempat tinggal ku, setelah menunggu hampir 30 menitan aku dapat juga untuk bis keberangkatan Pemalang.
Karena aku hanya pulang cuman sama Dinda yang cewek juga, jadi aku agak sedikit parno didalam bis ini, yang nomor tempat duduk di tiket sama tempat duduk didalam bis tidak sama.
Saat berada diterminal PKL aku lebih parno lagi karena ada pedagangan asongan yang lewat mondar-mandir gitu. Yahh itu perasaan aku juga untuk hati-hati.
Tapi hal lain juga saat masuk membeli tiket bis membuat aku takut karena penjaganya yang bisa dikatakan genit-genit.
Ini menjadi hal yang harus diperhatian kepada pengelola terminal dimana pun itu baik swasta atau dari pemerintah untuk orang yang berkerja atau karyawan yang ada di terminal untuk bisa menjaga sikap dan membuat calon pengunjung nyaman.
Karena mereka mengucapkan ini kepada aku,
"hati-hati mbak"
"kuliah dimana mbak"
"itu yang ditengah hati-hati"
Ucapan tersebut itu lah yang malah menjadikan aku tidak nyaman diterminal tersebut. Syukurlah didalam perjalanan aku baik-baik saja sampai rumah.
comment 0 comments
more_vert